Minggu, 27 Maret 2011


ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
MATERI 3

Manusia Sebagai Makhluk Politik, Budaya, dan Ekonomi 


     A. Manusia Sebagai Makhluk Politik

Sebagai makhluk politik manusia selalu membutuhkan orang lain dan memiliki strategi dalam memepertahankan kehidupannya. Sehingga kehidupannya dengan masyarakat dan organisasi sosial merupakan sebuah keharusan. Allah telah memberikan watak agresif yang alami bagi setiap makhluk. Manusia diberi kemampuan berfikir. dengan akalnya manusia bisa mempertahankan hidupnya . Maka dari itu timbullah suatu cara agar manusia dapat memenuhi keinginannya dan bisa bersaing mengalahkan orang lain yang dinamakan dengan politik. 

Dengan politik juga manusia bisa merencanakan dan menyusun strategi dalam bertindak. Karena manusia tidak lepas dari yang namanya politik, maka dari itu manusia dinamakan sebagai makhluk politik. Ciri manusia sebagai makhluk politik dapat kita lihat bahwa kehidupan manusia selalu ditandai dengan adanya penentuan atas pilihan-pilihan dalam menjalani hidupnya.

Manusia dan politik merupakan dua jenis entitas yang tidak dapat dipisahkan. Politik adalah sebuah tindakan yang hanya bisa dilakukan oleh makhluk yang bernama manusia. Aristoteles menggariskan tentang posisi manusia terkait dengan penyelenggaraan kekuasaan demi mencapai kemaslahatan publik. Disinilah letak perbedaan mendasar antara manusia dengan makhluk lain yang tidak memiliki kapasitas berpolitik .

     B. Manusia Sebagai Makhluk Budaya

Manusia adalah makhluk budaya artinya makhluk yang berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. Tujuan dari pemahaman bahwa manusia sebagai makhluk budaya, agar dapat dijadikan dasar pengetahuan dalam mempertimbangkan dan mensikapi berbagai problematika budaya yang berkembang di masyarakat sehingga manusia tidak semata-mata merupakan makhluk biologis saja namun juga sebagai makhluk sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

Dengan hasil budaya manusia, maka terjadilah pula kehidupan. Pola kehidupan inilah yang menyebabkan hidup bersama dan dengan pola kehidupan ini dapat mempengaruhi cara berfikir dan gerak sosial. Dengan memfungsikan akal budinya dan pengetahuan kebudayaannya manusia bisa mempertimbangkan dan menyikapi problema budayanya.

Masalah kebudayaan adalah segala sistem/tata nilai, sikap mental, pola berfikir, pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan bagi warga masyarakat secara keseluruhan. Masalah tata nilai dapat menimbulkan kasus-kasus kemasyarakatan antara lain : dehumanisasi, artinya pengurangan arti kemanusiaan seseorang.

Untuk mengantisipasi hal itu, manusia harus dikenalkan pada pengetahuan kebudayaan dan filsafat. Melalui filsafat bisa memaknai tentang etika, estetika, dan logika. 
Adapun wujud dari kebudayaan adalah :
1. Ide (gagasan), adalah konsep pikiran manusia yang menjadi sistem budaya yang jadi adat istiadat.
2. Activity, yaitu kompleks aktivitas yang saling berinteraksi yang kemudian menjadi sistem sosial atau pola aktivitas.
3. Benda budaya, sebagai hasil aktivitas.
Adapun yang menjadi unsur kebudayan adalah : bahasa, sistem teknologi, mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi dan kesenian. 
 
     C. Manusia Sebagai Makhluk Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia  yang berhubungan dengan produksi,distribusi,pertukaran,dan konsumsi barang dan jasa. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan berbagai kegiatan . Kegiatan manusia dalam memenuhi atau memuaskan kebutuhannya harus sesuai dengan kemampuannya. Kegiatan inilah yang menunjukkan kedudukan manusia sebagai MAKHLUK EKONOMI (HOMO ECONOMICUS).

Sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi. Inti dari masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah kenyataan bahwa kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya terbatas. Sebagai makhluk ekonomi yang bermoral, manusia berusaha memilih dan menggunakan sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhannya dengan memperhatiakan nilai-nilai agama dan norma-norma sosial, tidak merugiakan orang lain, menggunakan sumber daya alam secara efektif, serta memperhatikan kelestarian lingkungan.

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
MATERI 2
Manusia Sebagai Makhluk Indididu dan Sosial

     1. Manusia Sebagai Makhluk Individu

Manusia sebagai makhluk individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lainnya. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau bermasyaakat. Individu berasal dari kata in devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya megandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi, atau satu kesatuan.

Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan corak kepribadiannya termasuk kemamampuan kecakapakannya. Setiap manusia memiliki perbedaan. Hal itu dikarenakan manusia memiliki karakteristik sendiri. Ia memiliki sifat, watak, keinginan dan cita-cita yang berbeda satu sama lainnya.

 a. Pola Kelakuan
   
Pola kelakuan terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Manusia, pola kelakuannya tidak hanya di tentukan oleh sistem organik biologik saja, tetapi juga                    ditentukan oleh akal dan jiwa (variatif).
2. Hewan, pola kelakuannya hanya ditentukan oleh sistem organik biologik saja (sama)

b. Kepribadian (Personality)

Kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang membedakan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu. Unsur-unsur Personality :
A. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang kita ketahui dari penglihatan pancaindra. Pengetahuan terbagi       kedalam lima bagian, yaitu :
1. Persepsi, adalah lingkungan manusia yang diterima oleh pancaindra yang diolah menjadi susunan yang     dipancarkan dan diproyeksikan menjadi penggambaran tentang lingkungan tadi.
2. Apersepsi, adalah penggambaran oleh manusia berbeda dengan foto, manusia terfocus pada bagian-bagian khusus (mata, telinga) yang diolah oleh akal fikir, digabung dengan penggambaran lama lalu diproyeksikan sebagai penggambaran baru dengan pengertian baru.
3. Pengamatan, adalah pemusatan akal yang lebih intensif.
4. Konsep, adalah Penggambaran yang abstrak.
5. Fantasi, adalah penggambaran yang lain yang dalam kenyataannya tidak ada, penggambaran yang tidak realistik.
Segala unsur-unsur pengetahuan tadi, seringkali hilang dalam kesadaran manusia akibat larut dan terpecah-pecah, yang disebabkan oleh akal sadar individu yang tidak lagi menyusun dan menatanya.
B. Perasaaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusian yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif atau negatif
C. Dorongan (drive)
1. Dorongan untuk mempertahankan hidup.
2. Sex
3. Mencari makan.
4. Berinteraksi.
5. Meniru.
6. Berbakti.
7. Keindahan.

     2.   Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya. Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
 
     3. Peranan  Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

Sebagai Makhluk individu manusia memiliki hakikat dan martabat yang mulia.
Dalam berbagai kelompok sosial ini, manusia membutuhkan norma-norma pengaturannya dalam   dimensi sosial muncul kewajiban dasar manusia.Kewajiban manusia adalah menghargai hak dasar orang lain serta menaati norma-norma yang berlaku dimasyarakatnya.

Senin, 07 Maret 2011


ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
MATERI 1

PENGERTIAN ILMU SOSIAL, ILMU BUDAYA
a. Pengertian Ilmu Sosial
Sumber dari semua ilmu pengetahuan adalah filsafat (philosophia), dari filsafat lahir tiga cabang ilmu pengetahuan :
1. Natural Science (ilmu-ilmu alam meliputi : fisika, kimia, biologi dll)
2. Social Sciences (ilmu-ilmu social meliputi : sejarah, politik, ekonomi dll)
3. Humanities (ilmu-ilmu budaya meliputi : bahasa, agama, kesenian dll)
Ilmu social dinamakan demikian karena ilmu tersebut mengambil masyarakat atau kehidupan bersama sebagai objek yang dipelajarinya. Ilmu-ilmu social belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil tetap yang diterima oleh bagian terbesar masyarakat. Sedangkan yang menjadi objeknya adalah masyarakat manusia yang selalu berubah-ubah.
Jadi untuk melihat perbedaan antara social science dengan natural science dilihat dari objek formanya, artinya objek social science adalah manusia sedangkan untuk membedakan antara ilmu-ilmu social adalah focus of interest (pusat perhatian), missal ilmu ekonomi yang menjadi pusat yang dipelajarinya adalah usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materilnya dari bahan-bahan yang terbatas ketersediannya. Ilmu politik pusat perhatiannya mengenai kekuasaan manusia dst.

b. Ilmu Budaya
Ilmu budaya adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling mendasar dalam kehidupan manusia sebagai mahluk berbudaya (homohumanus) dan masalah-masalah yang menyertainya, sering disebut sebagai humanities yang merupakan pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang konsep-konsep yang dapat digunakan untuk masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Materi ilmu budaya dari bahan pengetahuan humanniora seperti filsafat, teleologia, ilmu hokum, sejarah, bahasa, kesusastraan dan seni. Humaniora mengajarkan bahan ajaran yang mencerminkan keutuhan manusia dan membantu agar manusia lebih manusiawi.  Humaniora adalah seperangkat sikap, perilaku, moral manusia terhadap sesamanya, sedangkan humanities adalah pengetahuan kebudayaan.

KONSEP GENERAL EDUCATION
Dalam kehidupan masyarakat modern ketergantungan hidup terhadap produk teknologi terutama teknologi informasi. Kemajuan iptek di era globalisasi (kehidupan tanpa tapal batas), menuntut masyarakat untuk memiliki kemampuan spesialisasi. Hal ini berpengaruh pada pola fikir, pola hidup dan perilaku.
Teknologi disatu sisi membantu aktivitas hidup masyarakat, di sisi lain menjadikan sikap mental masyarakat malas, karena dibuai berbagai kemudahan. Teknologi pun kini terkesan memaksa kehidupan menjadi konsumtif. Pada saatnya akan menggusur nilai-nilai kemanusiaan yaitu kemandirian dalam mengatasi persoalan hidupnya. Nilai-nilai kemandirian sangat dibutuhkan karena di dalamnya ada unsur kreatifitas dan efisiensi.
Untuk mengantisipasi dampak negative kemajuan iptek dan lajunya arus globalisasi yang cepat, perlu menyadari untuk segera membekali peserta didik dengan kemampuan dasar diantaranya nilai-nilai kemandirian.
Abad 20 di Amerika dan Eropa, hasil analisis mereka berkesimpulan bahwa system pendidikan modern telah menghasilkan para saintis dan teknokrat yang handal tapi tidak melahirkan para lulusan yang memiliki integritas kepribadian.
Yang melatarbelakangi lahirnya general education adalah reaksi terhadap kecenderungan masyarakat modern yang mendewakan produk teknologi dan cenderung mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan sebagai akibat dari produk system pendidikan modern yang sekuler, yaitu pendidikan yang mementingkan pengembangan spesialisasi, sementara pengembangan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal nyaris terabaikan.
Menurut Philip H. Phenix (1964:6), enam pola makna esensial bagi segenap mahasiswa :
a) Makna symbolycs, yaitu kemampuan berbahasa dan berhitung
b) Makna empirics, yaitu kemampuan untuk memaknai benda-benda melalui proses penjelajahan dan penyelidikan empiris
c) Makna esthetics, yaitu kemampuan memaknai keindahan seni dan fenomena alam
d) Makna ethics, yaitu kemampuan memaknai baik dan buruk
e) Makna synoetics, yakni kemampuan berfikir logis, rasional sehingga dapat memaknai benar dan salah
f) Makna synoptic, yaitu kemampuan untuk beragama atau berfilsafat
Keenam pola makna di atas dikemas dalam bentuk General Education (pendidikan umum)
Philip H. Phenix (1963:8) merumuskan tujuan pendidikan umum :
A complete person should be skilled in the use of speech, symbol and gesture, factually well informed, capale of creating and apresiating object of esthetic significance, endowed with a rich and disciplined life in relation to self and others, able to make wise decision and to judge between right and wrong and possed of an integral out look
Artinya manusia yang memiliki kemampuan dalam menggunakan kata-kata, symbol, isyarat, dapat menerima informasi factual, dapat melakukan dan mengapresiasi objek-objek seni, memiliki kemampuan dan disiplin hidup dalam hubungan dengan dirinya maupun orang lain, cakap dalam mengambil keputusan yang bijaksana, dapat mempertimbangkan antara yang benar dan yang salah serta memiliki pandangan yang integral.
Wolfgang Klafki (1968:20) : general education merupakan bidang studi yang komprehensif karena mendidik KEPALA, HATI DAN TANGAN. Secara terintegrasi. Sasaran yang disentuh dalam general education adalah tiga potensi utama manusia yaitu : akal, hati dan tingkah lakunya.
Laporan lima puluh tahunan dari Nation Society for the study of education tahun 1958, program studi general education di Amerika, dilatarbelakangi oleh empat hal, yaitu :
1. Sebagai reaksi masyarakat terhadap spesialisasi keilmuan yang berlebihan, dimana para spesialis telah mendewakan hasil-hasil temuannya yang menakjubkan, sementara mereka lupa pada nilai-nilai esensial kemanusiaannya.
2. Sebagai reaksi terhadap kepincangan penguasaan minat-minat khusus dengan perolehan peradaban yang lebih luas
3. Sebagai reaksi terhadap pengkotak-kotakan kurikulum dan pecahnya pengalaman belajar siswa
4. Sebagai reaksi terhadap formalism dalam pendidikan liberal

KONSEP PENDIDIKAN UMUM DI INDONESIA
System pendidikan modern cenderung mengarah pada suatu proses dehumanisasi. Ditandai oleh penajaman kajian keilmuan atau spesialisasi berlebihan dalam bidang-bidang tertentu. Maka system pendidikannya cenderung hanya memahami manusia pada satu aspek tertentu saja, sedangkan aspek-aspek lainnya diabaikan.
Pendidikan seperti ini menghasilkan para lulusan yang pola piker, pola hidup bersifat materialistis dan perilaku mekanistik. Gambaran kecenderungan dunia pendidikan tinggi dewasa ini sangat mementingkan pengembangan spesialisasi, sementara pengembangan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal nyaris terabaikan. Maka anak didik perlu dibekali suatu kemampuan untuk memahami, memaknai dan mengamalkan nilai-nilai universal.
Konsep pendidikan umum di Indonesia berangkat dari UU no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional. Berdasarkan dari tujuan pendidikan nasional, kurikulum pendidikan nasional Indonesia selalu memuat nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan secara terintegrasi.
General Education / Pendidikan Umum yang ada di Amerika telah dikolaborasi oleh para ahli pendidikan di Indonesia menjadi studi / mata kuliah yang dulu disebut MKDU. MKDU dirubah menjadi MPK dan MBB. Kedua kelompok bidang studi ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran mahasiswa perguruan tinggi Indonesia dalam pencapaian tujuan utama pendidikan nasional, yaitu membentuk kepribadian utuh melalui proses pembelajaran secara terintegrasi dengan menggunakan pendekatan multi atau interdisipliner.

HAKEKAT DAN RUANG LINGKUP MBB-ISBD
Kelompok mata kuliah pertama memuat mata kuliah pendidikan Pancasila, pendidikan agama dan pendidikan kewiraan nasional, kelompok kedua memuat mata kuliah ISBD, IBD dan IAD. Kedua kelompok tersebut kini menjadi MPK dan MBB.
Kelompok mata kuliah di atas berusaha membekali mahasiswa berupa kemampuan dasar tentang pemahaman, pemaknaan dan pengamalan nilai-nilai dasar kemanusiaan baik sebagai pribadi, sebagai warga Negara Indonesia, anggota keluarga, warga masyarakat dan sebagai bagian dari alam ciptaan Tuhan. Tujuannya memberikan landasan berfikir, bersikap dan bertindak agar lulusan perguruan tinggi menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang utuh yaitu pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat rohani dan jasmani, cerdas, trampil, mandiri, memiliki jati diri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemanusiaan dan kebangsaan.
Dengan demikian mahasiswa sebagai calon ilmuan dan professional harapan bangsa mampu bertindak secara arif dan bijaksana. Kompetensi dari ISBD diharapkan para lulusan mampu :
a)Menguasai pengetahuan tentang keanekaragaman,kesederajatan dan kebermartabatan manusia sebagai individu dan mahluk sosial dalam berkehidupan bermasyarakat.
b)Memahami dam menghormati estetika,etika dan nilai-nilai budaya yang menjadi pedoman bagi keteraturan dan kesejahteraan hidup dalam menata hidup bermasyarakat.

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
ISBD adalah salah satu mata kuliah umum termasuk pada kelompok mata kuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB). ISBD sebagai kajian masalah sosial, kemanusiaan dan budaya sekaligus pula memberi dasar pendekatan yang bersumber dari dasar-dasar ilmu sosial yang terintegrasi.
Fungsi ISBD adalah memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial kebudayaan agar gaya tanggap,persepsi,dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial budaya dapat ditingkatkan sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungannya menjadi lebih besar.
Kompetensi ISBD adalah menjadi ilmuan dan professional yang berfikir kritis,kreatif,sistemik dan ilmiah,berwawasan luas,etis,estetis,serta memiliki apresiasi,kepekaan dan empati sosial,bersikap demokratis,berkeadaban serta ikut berperan mencari solusi  pemecehan masalah sosial budaya secara arif .

VISI, MISI DAN TUJUAN MBB-ISBD

VISI ISBD
Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman dan kesederajatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat

MISI ISBD
Memberikan landasan dan wawasan yang luas serta menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif pada mahasiswa untuk memahami keragaman dan kesederajatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat selaku individu dan mahluk social yang beradab serta bertanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.

TUJUAN ISBD
1. Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang keanekaragaman dan kesederajatan manusia sebagai individu dan mahluk social dalam kehidupan masyarakat
2. Menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman dan kesederajatan manusia dengan landasan nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat
3. Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan kepada mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu dan mahluk social yang beradab dalam mempraktikan pengetahuan akademik dan keahliannya.

4 LANDASAN YANG DIAJARKAN DI PERGURUAN TINGGI

  1. Landasan Historis
  • Nenek moyang kita orang beragama, terbukti dengan peninggalan sejarahnya.
  • Memiliki warisan budaya dan peradaban tinggi
  • Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah,cinta damai,toleran,bergotong royong.
         2. Landasan Filosofis
  • Bangsa Indonesia memiliki falsafah
  • Hidup Pancasila
  • Ketuhanan Yang Maha Esa
  • Kemanusiaan yang adil dan beradab
  • Persatuan Indonesia
  • Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
  • Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
    3. Landasan Yuridis Formal
  • UUD ’45 Pasal 30,31
  • UU No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS
  • Kep. Mendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002 tentang kurikulum inti
  • Kep.Dirjen Dikti No. 30/DIKTI/Kep/2003 tentang Rambu-rambu Pelak MPK di PT
  • Surat edaran Dirjen Dikti : No. 1058?D/T/2003 tentang Pelak Kep. Dirjen Dikti No. 30
    4. Landasan Pedagogis
    
      Tujuan Pendidikan :
      Mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya
      Kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat perlu adanya pewarisan pengetahuan, nilaireligi, dan       sosial budaya